Kesehatan Anak Tak Selalu Butuh Biaya, Cukup Perhatian
ACEH UTARA — Upaya menjaga kesehatan anak sejak dini tak selalu harus menguras biaya. Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM., M.Kes., mengatakan bahwa deteksi dini tumbuh kembang anak bisa dilakukan tanpa harus membayar mahal, cukup dengan perhatian dan kepedulian dari orang tua serta peran aktif masyarakat.
Menurut Jalaluddin, banyak orang tua masih mengira bahwa untuk mengetahui kondisi kesehatan atau perkembangan anak mereka, harus melalui pemeriksaan mahal di rumah sakit. Padahal, pemeriksaan dasar untuk mendeteksi kelainan fisik, motorik, kognitif, hingga emosi anak bisa dilakukan secara berkala di Posyandu melalui program SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang).
“Yang kami butuhkan bukan biaya besar, tapi perhatian yang konsisten dari orang tua. Pemeriksaan SDIDTK tersedia gratis di semua Puskesmas dan Posyandu. Sayangnya, masih banyak orang tua yang belum menyadari pentingnya hal ini,” ujar Jalaluddin saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (20/6/2025).
Deteksi dini, lanjutnya, adalah langkah awal untuk mengidentifikasi masalah tumbuh kembang sebelum menjadi kondisi kronis. Anak yang terdeteksi mengalami keterlambatan bicara, gangguan penglihatan, atau masalah emosi dapat segera ditangani, sehingga potensi anak tidak terhambat saat memasuki usia sekolah.
Kementerian Kesehatan RI sudah menetapkan SDIDTK sebagai salah satu indikator penting dalam upaya pencegahan stunting dan penguatan kualitas generasi masa depan. Di Aceh Utara, program ini kini menjadi prioritas, khususnya untuk menjangkau wilayah terpencil dan kelompok rentan.
“Dengan keterlibatan kader Posyandu dan dukungan lintas sektor, kami berupaya memastikan setiap anak balita di Aceh Utara mendapatkan haknya untuk diperiksa secara menyeluruh. Tidak hanya menimbang berat badan, tapi juga melihat aspek perkembangan secara menyeluruh,” jelas Jalaluddin.
Ia menekankan bahwa edukasi kepada orang tua menjadi kunci. Masih banyak yang menganggap keterlambatan bicara sebagai hal biasa, atau anak yang terlalu pendiam hanya dianggap pemalu. Padahal, bisa saja itu gejala awal gangguan tumbuh kembang yang harus ditangani sejak dini.
Pihaknya juga mengajak seluruh tokoh masyarakat, aparatur desa, dan lembaga pendidikan usia dini untuk terlibat aktif dalam menyuarakan pentingnya deteksi dini ini. Semakin dini ditemukan, semakin besar peluang anak untuk berkembang optimal.
Selain di Posyandu, program SDIDTK juga dilakukan oleh bidan desa, tenaga gizi, dan kader kesehatan lainnya yang sudah terlatih menggunakan alat ukur dan formulir standar nasional. Jalaluddin mengatakan bahwa semua tenaga lapangan di Aceh Utara telah mendapatkan pelatihan berkala.
“Intinya, semua ada dan tersedia. Tapi bila orang tua tidak peduli, maka semuanya akan sia-sia. Anak-anak ini adalah generasi penerus kita. Jangan sampai mereka kehilangan masa depan hanya karena kita lalai memerhatikan tanda-tanda awal,” katanya dengan nada prihatin.
Hingga pertengahan 2025, Dinas Kesehatan Aceh Utara mencatat peningkatan jumlah anak yang mendapat layanan SDIDTK, berkat kampanye masif dan pendekatan berbasis komunitas. Namun, tantangan masih ada, terutama dari sisi kesadaran keluarga di pedalaman.
“Deteksi dini bukan soal teknologi tinggi, bukan soal alat mahal. Ini tentang kepekaan, kasih sayang, dan kemauan orang tua untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara menyeluruh,” tutup Jalaluddin.
Melalui pendekatan ini, Dinkes Aceh Utara berharap dapat melahirkan generasi yang sehat, cerdas, dan siap bersaing di masa depan. Sebab membangun bangsa, sejatinya dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten di masa anak-anak.[]
Advertorial