Jalur yang Dirintis di Tanah Labil

BENER MERIAH - Di tengah tanah yang belum sepenuhnya jinak, deru excavator terdengar memecah sunyi perbukitan Aceh. Pada ruas Simpang KKA–Bener Meriah, jalur yang sempat lumpuh akibat longsor perlahan kembali bernapas. Dalam dua hari terakhir, jalan ini sudah bisa dilewati—meski terbatas—oleh sepeda motor dan kendaraan roda empat berpenggerak ganda. Medannya masih berat. Tapi akses, yang sebelumnya terputus total, kini mulai terbuka.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh, Mawardi, turun langsung meninjau perkembangan itu. Kamis, 11 Desember 2025, ia berdiri di STA 8+000, sekitar delapan kilometer dari batas Aceh Utara menuju Bener Meriah. Di titik ini, kerusakan tergolong parah. Longsor memakan badan jalan, menyisakan tanah labil yang tak ramah bagi kendaraan biasa.

Didampingi Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, Hasrizal Kurnia, serta tim teknis, Mawardi memantau pembukaan jalur alternatif. Jalan darurat itu dibuka di sisi kanan arah Bener Meriah. Masalahnya, tanah di lokasi masih rapuh. Belum cukup padat untuk menahan beban lalu lintas.

"Badan jalan harus kami naikkan. Kemiringannya juga tidak boleh terlalu terjal," kata Mawardi. Di jalur ini, saluran air menjadi kunci. Aramco dibutuhkan agar aliran air tidak kembali menggerus tanah yang baru dirintis. Tanpa itu, jalan darurat hanya akan menjadi lintasan sementara yang mudah rusak.

Hasrizal menambahkan, pekerjaan di segmen ini tak bisa dilakukan setengah-setengah. "Kami harus berkoordinasi dengan Dinas PUPR Kabupaten Bener Meriah untuk memberlakukan sistem buka–tutup, bahkan penutupan sementara," ujarnya. Tujuannya satu: agar pekerjaan berjalan maksimal tanpa gangguan arus lalu lintas yang berisiko.

Di lapangan, unsur TNI ikut terlibat. Kapten Kelvin bersama anggota Koramil setempat membantu pengaturan lalu lintas dan pengamanan area kerja. Kehadiran mereka penting, terutama saat warga mulai berdatangan, berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor, mencoba menembus jalur yang baru saja dibuka.

Progres penanganan darurat juga terlihat dari pergerakan alat berat. Enam unit excavator berhasil melewati titik kritis Box Culvert yang terguling di STA 4+300, kawasan Wih Paso. Dari sana, alat-alat itu bergerak menuju Desa Guci, menyisir jalur yang masih penuh luka.

Namun pekerjaan belum mendekati garis akhir. Sepanjang STA 4+300 hingga STA 17+000, tim menghadapi sekitar 16 titik longsor dan badan jalan amblas. Di beberapa segmen, jalan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Di titik lain, kendaraan roda dua masih bisa melintas dengan hati-hati. Aktivitas utama saat ini adalah membersihkan longsoran dan material tanah yang menutup badan jalan—pekerjaan yang berulang setiap kali hujan turun.

Hambatan datang dari berbagai arah. Lalu lintas pejalan kaki yang padat, hujan yang tak menentu, keterbatasan material, hingga sulitnya komunikasi di medan pegunungan memperlambat laju pekerjaan. Meski begitu, Mawardi menegaskan pihaknya tak punya pilihan selain bergerak cepat.

"Ini jalur urat nadi konektivitas antarwilayah," katanya. Selama Simpang KKA–Bener Meriah belum pulih sepenuhnya, denyut ekonomi dan mobilitas warga ikut tertahan. Jalan darurat ini bukan sekadar lintasan sementara. Ia adalah upaya menjaga agar wilayah di tengah Aceh tetap saling terhubung, meski harus dirintis dari tanah yang belum sepenuhnya stabil.
Postingan Lama Tak ada hasil yang ditemukan
Postingan Lebih Baru