Panen Perdana Bawang Merah di Lhokseumawe: Langkah Nyata Menuju Kemandirian Pangan
LHOKSEUMAWE – Kota Lhokseumawe merayakan panen perdana bawang merah di Gampong Paloh Batee, Kecamatan Muara Satu, Minggu (27/10/2024), hasil kerja sama Pemerintah Kota dengan Universitas Syiah Kuala.
Dengan teknik budidaya ramah lingkungan, hasil panen bawang merah ini mencapai 9 ton per hektar dari lahan seluas 2 hektar.
Selain itu, metode tanam yang mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya turut menjaga kualitas tanah dan lingkungan, menjadikan proyek ini sebagai contoh ideal dalam menciptakan pertanian yang berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Penjabat (Pj) Wali Kota Lhokseumawe, A. Hanan, SP, MM, mengapresiasi kolaborasi ini dan menyampaikan harapannya agar panen ini bukan hanya dilihat dari hasilnya, namun dari pembelajaran tentang teknik pertanian berkelanjutan.
"Produksi tanpa bahan kimia adalah langkah penting menjaga lingkungan kita dan memastikan keberlanjutan pertanian untuk generasi mendatang," ujarnya.
Lebih lanjut, Hanan juga menekankan pentingnya ketahanan pangan lokal. Dengan meningkatkan produksi lokal, ketergantungan pada impor bisa ditekan, yang tidak hanya menjaga stabilitas harga pangan, tetapi juga membantu mengendalikan inflasi.
"Menanam bawang merah itu kompleks, banyak faktor yang harus diperhatikan. Saya berharap upaya seperti ini bisa terus berlanjut agar petani kita makin kuat dan mandiri," tambahnya.
Program ini diharapkan bisa memacu para petani untuk lebih mandiri dalam mengatur pola tanam yang optimal, sehingga hasil panen bisa disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama, hingga enam bulan. Hal ini diharapkan dapat membantu menstabilkan harga bawang merah di pasaran.
Di tempat yang sama, Prof. Dr. Ir. Rina Sriwati, M.Si, Ketua Program Studi Doktor Ilmu Pertanian Universitas Syiah Kuala, menjelaskan bahwa pendampingan kepada petani di Gampong Paloh Batee mencakup penggunaan varietas bawang Bauji dan Nganjuk, yang memiliki potensi untuk beradaptasi lebih baik terhadap cuaca setempat.
Menurut Rina, fluktuasi cuaca yang tidak menentu adalah tantangan besar yang dihadapi dalam budidaya bawang merah di wilayah ini. Karena itu, diperlukan strategi khusus, seperti pemilihan varietas yang lebih tahan dan teknik budidaya yang adaptif. Meski proyek ini hampir rampung, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala berkomitmen untuk terus mendampingi para petani demi mencapai keberhasilan jangka panjang.
Acara ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Pertanian USK, Kepala DKPPP Kota Lhokseumawe, Ketua KTNA, serta sejumlah dosen, mahasiswa, dan alumni yang terlibat dalam Program Magang Merdeka. Panen ini bukan sekadar pencapaian hasil tani, tetapi juga menjadi inspirasi bagi keberlanjutan pangan lokal, menjadikan Lhokseumawe siap menjadi pusat bawang merah Aceh.[]
Advertorial