Integrasi SDIDTK dengan Kunjungan Imunisasi dan Gizi Balita di Posyandu Dorong Layanan Kesehatan Anak yang Holistik


ACEH UTARA
– Upaya Dinas Kesehatan Aceh Utara dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan anak terus diperkuat melalui strategi integratif. Salah satu pendekatan terbaru adalah integrasi Stimulasi, Deteksi Dini, dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) dengan pelayanan imunisasi dan pemantauan gizi balita di posyandu. Langkah ini diyakini mampu mendorong terciptanya pelayanan kesehatan yang lebih holistik, menyeluruh, dan efektif di tingkat masyarakat.

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, SKM., M.Kes., melalui Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Samsul Bahri, S.K.M., M.K.M., menjelaskan bahwa posyandu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan anak di lapangan. Dengan mengintegrasikan SDIDTK ke dalam kegiatan rutin seperti imunisasi dan pemantauan gizi, setiap kunjungan anak ke posyandu akan menjadi momen berharga untuk mengevaluasi tumbuh kembang mereka secara komprehensif.

"Selama ini, imunisasi dan penimbangan berat badan telah menjadi rutinitas di posyandu. Namun dengan menambahkan komponen SDIDTK, kita memperkuat fungsi deteksi dini gangguan tumbuh kembang anak, sehingga penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan tepat," ujar Samsul Bahri, Selasa (24/6/2025).

Ia menambahkan, pendekatan ini juga mampu meningkatkan efektivitas waktu dan sumber daya. Petugas kesehatan, kader posyandu, dan orang tua tidak perlu datang di waktu terpisah untuk layanan yang berbeda. Semua pelayanan dapat diakses secara bersamaan dalam satu kunjungan.

Dalam pelaksanaannya, integrasi ini dilakukan dengan memberikan pelatihan tambahan kepada kader posyandu tentang cara melakukan skrining tumbuh kembang, mengenali tanda-tanda gangguan perkembangan, serta merujuk ke fasilitas kesehatan bila ditemukan indikasi keterlambatan.

Dinas Kesehatan Aceh Utara juga telah menyusun modul terpadu untuk membantu petugas lapangan memahami indikator tumbuh kembang yang harus dipantau. Mulai dari aspek motorik kasar, motorik halus, bahasa, hingga sosial emosional anak.

"Target kita bukan hanya imunisasi lengkap atau status gizi baik, tetapi juga memastikan setiap anak mencapai perkembangan optimal sesuai tahapan usianya. Ini adalah investasi masa depan bagi generasi Aceh Utara," tegas Samsul Bahri.

Data awal pelaksanaan program ini di beberapa puskesmas menunjukkan hasil menggembirakan. Banyak orang tua mulai lebih sadar akan pentingnya aspek perkembangan anak, dan tidak lagi menganggap posyandu hanya sebagai tempat timbang badan semata.

Di wilayah terpencil seperti Kecamatan Langkahan dan Sawang, integrasi SDIDTK juga mendapat sambutan baik. Para ibu muda merasa terbantu karena cukup membawa anak sekali untuk mendapatkan layanan lengkap, tanpa harus ke puskesmas yang jaraknya jauh.

“Dulu saya harus ke posyandu untuk imunisasi dan ke puskesmas lain untuk periksa perkembangan anak. Sekarang semua bisa di satu tempat. Lebih hemat waktu dan tenaga,” kata Nuraini, seorang ibu dari Gampong Buket Hagu.

Dinkes Aceh Utara menargetkan seluruh posyandu di wilayahnya sudah menerapkan model integratif ini pada akhir tahun 2025. Monitoring dan evaluasi akan terus dilakukan untuk melihat efektivitas dan tantangan yang dihadapi di lapangan.

Selain menyasar balita, pendekatan ini juga mulai dikembangkan untuk anak usia prasekolah yang belum rutin dibawa ke fasilitas kesehatan. Sosialisasi kepada orang tua dan kader akan terus ditingkatkan agar cakupan layanan SDIDTK makin meluas.

"Jika kita ingin generasi mendatang sehat dan cerdas, maka kita harus mulai sejak dini. Dengan integrasi SDIDTK, imunisasi, dan gizi balita di posyandu, kami ingin memastikan tak ada anak yang tertinggal dalam tumbuh kembangnya," tutup Samsul Bahri.[]

Advertorial

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru