Panduan Stimulasi Anak Usia 0–5 Tahun: Peran Orang Tua Sangat Vital
ACEH UTARA – Periode usia 0 hingga 5 tahun merupakan masa keemasan (golden age) bagi tumbuh kembang anak yang menentukan kualitas generasi di masa mendatang. Dalam fase krusial ini, stimulasi yang tepat sangat diperlukan agar anak dapat berkembang secara optimal, baik secara fisik, kognitif, emosional, maupun sosial.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Jalaluddin, S.K.M., M.Kes., melalui Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Samsul Bahri, S.K.M., M.K.M., Jumat (13/6/2025), menyebutkan bahwa peran orang tua dalam memberikan stimulasi pada anak sangat penting dan tidak tergantikan. “Stimulasi dini adalah pemberian rangsangan terhadap panca indera dan kemampuan motorik anak sesuai dengan tahap usianya. Ini harus dilakukan secara teratur, bertahap, dan menyenangkan,” ujar Samsul Bahri.
Ia menjelaskan bahwa anak usia 0–5 tahun menyerap informasi dengan sangat cepat. Oleh sebab itu, jika pada usia ini anak tidak mendapatkan stimulasi yang cukup, maka potensi perkembangan yang optimal bisa saja tidak tercapai. “Misalnya, keterlambatan bicara, kurangnya rasa percaya diri, dan lemahnya kemampuan motorik dapat menjadi dampak dari kurangnya stimulasi sejak dini,” tambahnya.
Menurut Samsul, stimulasi dapat diberikan dalam berbagai bentuk, seperti mengajak anak berbicara, bernyanyi, bermain, serta mengenalkan berbagai bentuk, warna, suara, dan tekstur. “Tidak perlu alat-alat mahal. Interaksi langsung dengan orang tua jauh lebih berharga,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan kedua orang tua, bukan hanya ibu. Ayah juga memiliki peran penting dalam memberikan stimulasi, terutama dalam penguatan karakter dan keberanian anak. “Stimulasi tidak harus dilakukan dalam durasi lama, tetapi yang utama adalah konsistensi dan kedekatan emosional,” ungkap Samsul.
Dinas Kesehatan Aceh Utara, lanjutnya, telah mengedukasi para tenaga kesehatan di Puskesmas untuk mendampingi orang tua melalui Posyandu dan kelas ibu balita. “Kami membekali kader dengan panduan-panduan stimulasi berdasarkan tahapan usia. Harapannya, para ibu dapat langsung mempraktikkannya di rumah,” jelasnya.
Untuk anak usia 0–6 bulan, stimulasi fokus pada kontak mata, senyuman, suara, dan sentuhan. Sedangkan untuk usia 6–12 bulan, anak sudah mulai dikenalkan pada permainan sederhana, suara binatang, atau permainan cilukba. Di atas usia 1 tahun, stimulasi diarahkan pada kemampuan motorik kasar dan halus, seperti menggambar, menumpuk balok, hingga menyebut nama benda.
Samsul menegaskan, penting bagi orang tua untuk tidak membandingkan tumbuh kembang anak secara kaku. Setiap anak memiliki ritme perkembangan berbeda, namun orang tua tetap harus waspada bila terdapat tanda-tanda keterlambatan. “Segera konsultasi ke Puskesmas jika ada kecurigaan keterlambatan perkembangan. Deteksi dini lebih baik,” imbaunya.
Ia juga menyoroti pentingnya membatasi penggunaan gadget pada anak usia dini. “Paparan gadget berlebihan dapat menghambat interaksi sosial, bahasa, dan fokus anak. Interaksi langsung dengan orang tua jauh lebih membangun koneksi emosional,” ujar Samsul dengan tegas.
Selain itu, pemberian nutrisi yang seimbang dan pola tidur yang teratur turut mendukung efektivitas stimulasi. Anak yang sehat secara fisik akan lebih responsif terhadap rangsangan yang diberikan. “Stimulasi tanpa dukungan gizi hanya akan berdampak sebagian. Gizi dan stimulasi harus berjalan bersamaan,” tambahnya.
Dinas Kesehatan Aceh Utara terus mengkampanyekan pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak melalui kegiatan di Posyandu. Dengan membawa anak secara rutin ke Posyandu, orang tua dapat memantau berat badan, tinggi badan, dan perkembangan psikososial anak. “Kami sangat berharap peran aktif orang tua, karena mereka adalah ujung tombak masa depan anak-anak kita,” pungkas Samsul.
Dengan bimbingan dan perhatian yang konsisten dari orang tua, masa emas tumbuh kembang anak dapat dimaksimalkan. Bukan hanya tumbuh sehat, anak juga diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, cerdas, dan mandiri di masa depan.[]
Advertorial