Adventorial
Kesehatan
RSU Cut Meutia
Kasus TBC Masih Tinggi, Dokter RSU Cut Meutia Ingatkan Pria Usia Produktif Paling Rentan Terinfeksi
ACEH UTARA - Di tengah upaya nasional menekan angka tuberkulosis (TBC), Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM) Aceh Utara kembali mengingatkan masyarakat bahwa penyakit ini masih menjadi ancaman kesehatan serius, khususnya bagi laki-laki usia produktif. Peringatan itu disampaikan Dokter Spesialis Penyakit TBC RSUCM, dr. Ikhsan, pada Senin (17/11/2025).
Menurut Ikhsan, tingginya aktivitas luar ruangan dan interaksi sosial membuat kelompok laki-laki produktif lebih rentan terpapar bakteri Mycobacterium tuberculosis. “Laki-laki yang bekerja dan beraktivitas di luar rumah lebih sering terpapar lingkungan padat dan tertutup. Ini meningkatkan risiko penularan TBC. Itu sebabnya kelompok ini paling rentan,” ujarnya.
Ikhsan menjelaskan bahwa TBC tidak hanya menyerang paru, tetapi juga bisa menyebar ke tulang, otak, kulit, hingga organ lainnya. Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok usia, mulai dari anak-anak hingga lanjut usia, namun pola kasus menunjukkan pria produktif mendominasi angka infeksi.
Gejala umum yang perlu diwaspadai antara lain: Batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu; Nyeri dada; Sesak napas; Batuk berdarah; Penurunan berat badan; dan Keringat malam berlebih.
“Kalau batuk sudah lebih dari dua minggu, jangan ditunda. Segera periksa ke Puskesmas atau rumah sakit. Deteksi dini jauh lebih baik daripada menunggu kondisi parah,” katanya.
Bakteri TBC dapat menyebar melalui percikan udara saat penderita batuk, bersin, atau berbicara. Mereka yang tinggal atau bekerja di ruang tertutup dengan ventilasi buruk lebih berisiko tertular. “Namun apakah seseorang terkena atau tidak tergantung sistem imun tubuh. Kalau daya tahan kuat, tubuh bisa menahan bakteri tetap dorman. Kalau lemah, barulah muncul penyakit aktif,” jelas Ikhsan.
Pencegahan: Sederhana, Tapi Sering Diabaikan
Dokter RSUCM itu turut membagikan langkah pencegahan yang sederhana namun penting: Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin; Tidak membuang dahak atau batuk sembarangan; Menjaga nutrisi yang baik; Memperbaiki ventilasi rumah; serta memastikan penderita minum obat sesuai jadwal.
“Pengobatan TBC di Indonesia masih berlangsung enam bulan dengan kombinasi obat. Di beberapa negara sudah empat bulan, tetapi kita masih menggunakan standar nasional enam bulan,” tambahnya.
Ikhsan mengingatkan bahwa Indonesia menempati posisi kedua jumlah penderita TBC terbanyak di dunia setelah India, sebuah tanda bahwa penyakit ini masih menjadi masalah besar yang harus ditangani bersama.
“TBC bukan penyakit keturunan, bukan pula karena guna-guna. Ini murni infeksi bakteri. Karena itu pencegahan dan pengobatan yang tepat adalah kunci,” tegasnya.
Dengan promosi kesehatan seperti ini, RSU Cut Meutia terus memperkuat perannya sebagai rumah sakit rujukan yang tidak hanya memberikan layanan medis, tetapi juga aktif mengedukasi masyarakat. Upaya ini diharapkan mampu mendorong deteksi dini, mengurangi stigma, serta menekan angka penularan TBC di Aceh Utara dan sekitarnya. [Adv]
Via
Adventorial
